tag:blogger.com,1999:blog-360540832024-02-08T10:26:08.835+07:00MIQRA OPTIMISMajelis Inspirasi, Motivasi, Ilmu dan Amal Sukses Bagi Manusia PembelajarArda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-82953672610849345282009-08-01T10:12:00.001+07:002014-09-26T14:32:06.632+07:00Bahasa Perumpamaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://www.formulabisnis.com/?id=ilmukaya"><img border="0" src="http://www.formulabisnis.com/images/bannerfb.gif" height="60" width="468" /></a><br />
<div>
<span style="font-size: 130%;"><b>Bahasa <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Hx1YsKKGbviv6crxcI0IkpHBi8q3c4RZc3GwEChN9Zb90AjVqPzG2yNw-QcLFb4Ci0_uyWLCAof3Pqja5PyUJ8WbUfo5p4b-MDxcJAAW_0ffKiQHjcFhQ8W-qdGkfYSX4BTfrQ/s1600-h/DSC00313.JPG"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Hx1YsKKGbviv6crxcI0IkpHBi8q3c4RZc3GwEChN9Zb90AjVqPzG2yNw-QcLFb4Ci0_uyWLCAof3Pqja5PyUJ8WbUfo5p4b-MDxcJAAW_0ffKiQHjcFhQ8W-qdGkfYSX4BTfrQ/s320/DSC00313.JPG" height="320" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5364825967974129186" style="float: left; height: 320px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 10px; margin-top: 0px; width: 240px;" width="240" /></a>Perumpamaan<br />
Oleh : Arda Dinata</b><br />
</span><br />
Bahasa diartikan sebagai lambang (bunyi bahasa) yang dipakai manusia untuk melahirkan pikiran dan perasaan. Atau bisa juga merupakan perkataan-perkataan yang dipakai oleh suku bangsa, negara, daerah, dan lainnya. Sedangkan perumpamaan berarti ibarat, amsal, persamaan (perbandingan), atau peribahasa. Jadi, bahasa perumpamaan itu adalah bahasa berupa ibarat, amsal, perbandingan, atau peribahasa yang digunakan untuk melahirkan pikiran/ perasaan tentang sesuatu hal.</div>
<br />
<div>
<br />
Dalam Al-Quran banyak kita temui ayat-ayat yang menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Baik yang menyangkut peringatan, kabar gembira maupun sindiran terhadap manusia. Bahasa perumpamaan itu digunakan dalam Al-Quran, tidak lain agar manusia selalu ingat terhadap isi pesan yang disampaikan Allah SWT.<br />
</div>
<div>
Salah satu bahasa perumpamaan itu dapat kita temui dalam QS. Ibrahim: 24-25, ”Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seijin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”</div>
<br />
<div>
Kalau kita telaah dan renungkan makna perumpamaan ayat tersebut, sungguh agung dan dalam artinya. Yakni pohon yang baik itu tidak lain adalah pohon kurma. Akarnya teguh sebagaimana dasar tauhid yang telah terhunjam ke dalam hati. Cabangnya menjulang tinggi, menandakan bahwa cabang iman, amal shalih dan ihsan adalah akan naik ke atas langit. Demikian pula, laksana pohon kurma yang daun-daunnya tidak jatuh berguguran, maka seorang mukmin diharapkan tidak berubah imannya karena hawa nafsu.</div>
<br />
<div>
Lebih jauh, sifat pohon kurma ini jika dicabangkan, ia akan bercabang banyak dan tiap cabangnya itu akan berbuah. Begitu pun seorang mukmin jika dididik, maka ia akan terdidik dengan baik. Artinya, bila diperbaiki moral dan akhlaknya, maka ia akan terbentuk dengan baik.</div>
<br />
<div>
Sementara itu, pohon kurma memiliki madu yang jernih dan minumannya adalah memberi kesembuhan. Hal ini memberi perlambang bahwa seorang mukmin hendaknya ide-idenya adalah memberi kesembuhan dan nasehat-nasehatnya itu laksana obat. Begitu pun dengan kebaikannya terlihat segera, sementara keburukannya begitu jarang nampak.</div>
<br />
<div>
Akhirnya, tidak berlebihan bila Fudhail bin Iyadh mengatakan, ”Seorang mukmin adalah sedikit bicara, banyak bekerja. Sementara orang munafik adalah banyak bicara dan sedikit beramal.” Waallahu’alam.</div>
<br />
<br />
<center>
<br />
</center>
</div>
Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-118491262485545422009-04-06T08:39:00.002+07:002012-05-22T14:42:33.695+07:00Biasa Ala Orang yang Diamanahi Jabatan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td style="font: inherit;" valign="top"><div align="center"><span lang="EN-GB" style="color: blue;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"> </span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Art";"><span style="font-family: "Comic Sans MS";"><b>Biasa Ala Orang yang Diamanahi Jabatan</b></span></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><b>Oleh Arda Dinata</b></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Jabatan diartikan sebagai pekerjaan (tugas) dalam pemerintahan atau organisasi. Orang yang memegang jabatan penting itu, dinamakan pejabat/ penguasa. Di sini, orang yang diamanahi jabatan menjadi sesuatu yang potensial. Yakni bisa menjadi jalan kemulyaan, bila mampu menunaikan amanah (jabatan) itu sesuai tuntunan-Nya. Sebaliknya, menjadi bencana bila kita tidak mampu dan berhati-hati menjaga amanah itu.</span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Dalam pandangan KH Miftah Faridl, diantara sekian banyak penyakit yang paling berbahaya jika hinggap pada diri penguasa (baca: penjabat-Pen) adalah jika ia sudah merasa berkuasa. Jika seorang penguasa kemasukan nafsu ingin berkuasa dan mulai mengkuasai, tidak ada lagi kekuasaan lain yang diakui dan dipatuhinya, maka sikap ini tdak saja membahayakan kehidupan masyarakat dan negara, tapi juga mengancam perdamaian dunia. Pejabat seperti ini, jelas-jelas akan mendapatkan buah kerugian.<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Untuk mencegah hal itu, setiap kita harus bisa memagari pejabat agar tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk mengembangbiakkan penyakit ini pada dirinya. Harus diciptakan sebuah sistem yang memungkinkan seorang penguasa tunduk pada hukum-hukum Allah dan Rasulnya. Sikap demikian, tentunya akan lahir dari seorang pejabat yang benar-benar memfungsikan amanah itu sesuai dengan ketentuan-Nya. Inilah sikap biasa ala orang yang diamanahi jabatan.<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Berkait dengan itu, Allah SWT dalam Alquran menetapkan bahwa: <i>"…. (kaum muslimin adalah) orang-orang yang jika Kami beri mereka kekuasaan di muka bumi, niscaya mereka dirikan shalat, tunaikan zakat, menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar ….."</i> (QS. 22: 41).<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Ayat di atas, jelas-jelas bahwa orang yang diamanahi jabatan (kekuasaan) harus terbiasa menjalankan perintah-Nya dan menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar. Selain itu, amanah jabatannya akan ia posisikan dalam koridor untuk mencapai derajat takwa, karena hanya itulah kemulyaan dalam pandangan-Nya (baca: QS. 49: 13).<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Untuk itu, biasa ala pejabat harusnya akan melahirkan perilaku yang jauh dari kesombongan dan kemungkaran. Baginya, jabatan hanya sebagai jalan mencapai kemulyaan di hadapan-Nya. Dan kelihatannya, penyimpangan para pejabat dewasa ini, adalah akibat hilangnya atas kesadaran moral seperti itu.<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Pada tatanan ini, kiranya patut direnungkan dan dikedepankan apa yang dinasehatkan Kiai kepada seorang muridnya, yang telah mengemban jabatan sebagai khalifah (pimpinan) di suatu daerah. Nasehat ini, beliau sampaikan pada acara syukuran yang digelar di pesantren asuhan seorang Kiai, guru pejabat yang mengundangnya tersebut.<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Nasehat untuk khalifah itu, ada tiga hal utama. <i>Pertama</i>, nasehat supaya menabung kesadaran dan berhemat kata-kata. Di tengah masyarakat yang sedang bingung memilih pegangan hidup untuk (belajar) berjamaah dan berjami'iyah secara baik, tentu kedua hal itu teramat penting dilakukan oleh pejabat dewasa ini.<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";"><i><span style="font-family: "Art";">Kedua</span></i><span style="font-family: "Art";">, berupa menyadarkan seluruh tim sukses yang memberikan dukungan kepadanya, untuk mulai memainkan peran baru, yaitu tidak lagi hanya pendukung semata, tapi harus berperan sebagai pengawas utama atas jabatan yang diembannya. Peran ini begitu penting, biar perilakunya selalu terkontrol dan terawasi, agar berada dalam rel kebenaran-Nya.<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";"><i><span style="font-family: "Art";">Ketiga</span></i><span style="font-family: "Art";">, keberhasilan yang digapai oleh seorang pejabat, sesungguhnya bukanlah dihasilkan oleh dirinya sendiri, melainkan keberhasilan yang dikondisikan oleh Allah dan memperoleh respons positif seluruh rakyat, masyarakat yang dipimpinnya. Pencapaian itu, tidak lain karena ia diberi kemampuan oleh Allah untuk menegakkan sikap <i>amanah</i>, <i>shiddiq</i>, <i>fathonah</i>, dan <i>tabligh</i> secara tepat. Untuk itu, ia harus banyak-banyak bersyukur atas segala nikmat yang telah dikaruniakan-Nya tersebut.<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><span style="font-family: "Art";"><span style="color: black;"><span style="font-family: "Comic Sans MS";">Setidaknya, dengan ketiga nasehat Kiai itu, akan dapat membantu mewujudkan sikap biasa ala orang yang diserahi jabatan seperti yang diharapkan dalam QS. (22): 41 dan QS. (49): 13.<o:p></o:p></span></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><b><i>Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Al-Quran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, </i></b></span></div></td></tr>
</tbody></table></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-54386166328396151742009-04-06T00:20:00.002+07:002012-05-22T14:41:41.617+07:00Empat Sikap Pribadi Pantang Menyerah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td style="font: inherit;" valign="top"><div> <b><span lang="EN-GB" style="color: blue;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;">Empat Sikap Pribadi Pantang Menyerah<br />
Oleh Arda Dinata<br />
</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"></span></span></b><span lang="EN-GB" style="color: blue;"><br />
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;">Alam dan isinya ini tercipta secara berpasangsan, sehingga melahirkan hukum tarik menarik. Artinya konsisi alam ini akan selalu dinamis dengan kehendak-Nya. Begitupun dengan menjalankan bisnis, pasti ada yang namanya naik-turun. untuk itu, kita harus jadi pribadi yang pantang menyerah.</span></span><br />
<a name='more'></a><span lang="EN-GB" style="color: blue;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"><br />
<br />
Pribadi pantang menyerah (tangguh) adalah pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya mengangap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya.<br />
<br />
seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. seseorang menjadi lemah, karena mentalnya lemah. Begitu juga, seseorang sukses, karena ia memiliki keinginan sukses. Dan seseorang gagal, karena ia berbuat gagal. Dalam hal ini, bila kita ingin SUKSES DI DYNASIS, maka caranya tidak lain dalam diri kita harus yakin bahwa bisnis di DYNASIS ini adalah jalan yang harus kita lakukan secara maksimal mungkin. Yakni bekerja secara cermat, tepat dan benar dalam mengembangkan bisnis ini. Inilah sebuah bisnis yang menurut saya adalah BISNIS POHON PAHALA. Artinya semakin pohon itu berkembang, maka akar-akarnya makin kuat dan memiliki cabang yang banyak sehingga memberikan perlindungan pada orang yang ada di sekitarnya. Bisnis Dynasispun, sama. Bisnis ini jelas-jelas mengandalakan (bonus terbesarnya) dari kebesaran pohon jaringannya. INILAH YANG HARUS KITA LAKUKAN.<br />
<br />
Untuk mencapai itu, maka diperlukan paling tidak 4 sikap pantang menyarah bagi para membernya melalu pola pikir positif dalam menjalankan bisnis ini. Pertama, berpikir positif kepada Sang Pencipta. Kita ikut bisnis ini, yakin atas petujuk dari Allah. Untukitu kita harus bersyukur dan menjalankannya dengan betul2, semata mengharap ridha-Nya.<br />
<br />
Kedua, berpikir positif pada diri sendiri. Kita harus yakin bahwa kita memiliki kemampuan untuk menjalankan bisnis ini secara sukses. Ingat bahwa setiap kita adalah seorang juara bagi diri kita sendiri. Untuk itu, kita harus yakin dan benar-benar dalam menjalankan bisnis ini. Dan yang pasti kita memiliki keunikan tersendiri dalam menjalankan bisnis ini. Hanya orang-orang yang mau belajarlah yang dapat menjadi orang unik yang sukses.<br />
<br />
Ketiga, berpikir positif pada orang lain. Orang lain itu,dalam bisnis ini adalah perusahan Dynasis yang memberi fasilitas bisnis ini. Saya yakin perusahaan ini tidak mau rugi, sehingga akan selalu mengembangkan bisnis ini dan Dyanisis harus sadar betul bahwa para member ini adalah merupakan aset potensial bisnisnya. Dan ini harus selalu mendapat perhatiannya. Ini adalah bisnis jaringan Bung! Selain itu, orang lain itu juga adalah para up line kita yang telah memperkenalkan bisnis ini pada kita. Melalui merekalah kita pertama kali mengenal dan menjalankan bisnis di Dynasis. Untuk itu, saya yakin mereka tidak mungkin menjerumuskan para down line-nya. Ok..!!!! Dan terakhir, orang lain itu adalah para down line kita, karena merekalah jaringan bisnis ini terus berkembang, berkembang dan berkembang lagi. Makanya, kita harus menjalin hubungan baik dengan mereka.<br />
<br />
Keempat, berpikir positif pada waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama. Hanya member2 yang produktif dan kreatiflah yang akan mampu mendapat bonus besar di bisnis ini. Untuk itu, kembangkalah terus jaringan bisnis ini dan didiklah mereka agar mandiri, karena ini yang membuat pundi-pundi BONUS di Bisnis ini.<br />
<br />
Akhirnya, selamat berjuang sahabat-sahabatku. ...!!!! KITA BERTEMU DI PUNCAK BONUS TERBESAR.... AMIN..<br />
Salam buat jaringan groupku [AR6482] di JAKARTA, INDRAMAYU, PANGANDARAN, PRIANGAN, BANDUNG, SUKABUMI, dll.... Maju terus.....!<br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><b>Arda Dinata, seorang motivator dan penulis lepas di media cetak dan elektronik.<br />
hp. 081320476048<br />
</b></span></span></span></div></td></tr>
</tbody></table></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-50909170201242490372009-01-08T09:25:00.002+07:002012-05-22T14:40:29.552+07:00Sikap Menghadapi Problematika Hidup<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td style="font: inherit;" valign="top"><div></div><div><a href="http://www.formulabisnis.com/?id=ilmukaya" target="_blank"><img border="0" src="http://www.jokosusilo.com/banner/bannertop-fb.jpg" /></a> </div><div align="center" class="MsoTitle" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Art"; font-size: 16pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman";">Sikap Menghadapi Problematika Hidup<o:p></o:p></span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Oleh: ARDA DINATA<o:p></o:p></span></span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><a href="http://ardaiq.blogspot.com/"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;">http://ardaiq.blogspot.com</span></a><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><b><i><span lang="IN" style="font-family: "Art"; font-size: 14pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Keluarga sakinah terbentuk bukan karena kosongnya kesulitan, ujian, dan problematika hidup. Tapi, ia terbentuk karena sikap dan cara menyikapinya dengan benar yang menghampirinya. Adanya problematika hidup menyebabkan manusia dapat memaknai arti sebuah jalan keluar yang diambilnya. Dan agar manusia kreatif dalam mencari, menemukan keputusan yang tepat sebagai jalan keluar bagi problematika hidupnya.<o:p></o:p></span></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Problematika hidup (dalam kelurga) merupakan sebuah keniscayaan dalam nuansa fluktuatif kehidupan manusia. Keberadaannya membikin hidup lebih hidup. Tidak membosankan. Bukankah watak manusia selalu bosan dengan kondisi realita yang tidak berubah. Artinya bukan kita bermaksud menantang problematika hidup untuk datang, tapi lebih didasarkan agar kita bisa bersikap positif dan benar dalam menghadapinya.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Untuk itu, setiap kita yang ingin membentuk tatanan keluarga sakinah harus mempersiapkan diri sedari awal berupa kemampuan menghadapi berbagai problema kehidupan. Sosok demikian, tidak lain merupakan wujud dari manusia saleh.</span></span></span></div><a name='more'></a><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Dalam Islam digambarkan didikan dari manusia saleh ini adalah manusia yang memiliki ketakwaan yang senantiasa mengabdi kepada Tuhannya dan berpegang teguh pada petunjuk Tuhannya. Di samping itu, ia juga yakin akan tujuan kehidupannya hanya semata-mata mengabdi kepada Allah.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Sosok manusia saleh, diungkap Dr. Syamsul Bahri Andi Galigo, dalam <i>Alquran dan Peningkatan Kwalitas Manusia, </i>adalah manusia yang berakhlakul karimah, lahir dan batin, menjadi percontohan dalam kehidupannya dan mudah memberi pengaruh kepada orang lain dan sulit untuk dipengaruhi karena landasan moralnya berupa hidayah Allah sudah menjadi prinsip dalam kehidupannya (QS. Al-Baqarah [2]: 38).<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Totalitas sosok manusia saleh dapat kita temukan dan tercermin pada diri Rasulullah saw. Itulah sebabnya selaku umat Islam, mengapa kita harus menjadikan Nabi Saw sebagai uswah (suri teladan) bagi mereka yang ingin mendapat ridha-Nya. Lagian dalam Alquran ditegaskan ada beberapa ciri manusia saleh ini, yaitu memiliki iman, amal saleh, selalu berpesan mempertahankan kebenaran dan tabah menghadapi problematika hidup.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Menurut Ibrahim al-Wazir, dalam <i>Iman dan Amal Saleh </i>diungkapkan bahwa iman dan amal saleh tidak bisa dipisahkan dalam kenyataan hidup, karena iman laksana dynamo pada mesin, sedang amal saleh adalah manfaat yang diperoleh dari mesin itu akibat pengaruh dynamo tersebut. Mempertahankan kebenaran adalah hak asasi setiap manusia yang terpendam di dalam hati sanubari, maksudnya setiap orang cinta kebenaran, namun didalam kehidupan ini terkadang manusia membohongi dirinya sendiri. oleh karena itulah mempertahankan suatu kebenaran –apalagi kebenaran dari Yang Maha Kuasa—jelas menunjukkan sifat mulia yang tidak pernah luput pada diri seorang manusia saleh.<o:p></o:p></span></span></span></div><h1 style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><o:p><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: small;"> </span></o:p></span></h1><h1 style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Sabar dalam Hidup<o:p></o:p></span></span></span></h1><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Hidup di dunia ada kalanya kesulitan datang dan ada pula kenikmatan yang menghapiri kita. Ia datang bisa silih berganti. Untuk itu, kita diajarkan oleh Rasulullah menyikapinya dengan sabar dan syukur. Bersabar bila ada kesulitan dan bersyukur ketika kenikmatan datang kepada kita. Konsep dasar inilah yang harus kita tanamkan dalam setiap anggota keluarga kita.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Hakikat sikap sabar, tidak lain tahan menderita terhadap sesuatu yang tidak disenangi hati dan perasan dengan penuh kesadaran sambil tawakkal kepada Allah. Ingat, tugas kita dalam hidup ini hanya luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Oleh karena itu, tidaklah disebut sabar apabila menahan dirinya itu disebabkan keterpaksaan atau dipaksa. Tepatnya, sabar termasuk satu kesatuan jiwa yang dapat menentukan sikap. Sehingga sikap sabar bagi kehidupan kelurga adalah dengan memposisikan setiap problematika hidupnya sebagai proses pendewasaan kwalitas kehidupan yang penuh arti dan bermakna.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Pada tatanan yang lebih dasar, sabar merupakan sikap yang memancar dari dalam hati, yang tegak di atas penyerahan diri sambil memohon pertolongan kepada Allah Swt. "Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan dengan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 153).<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Agar sabar yang kita bangun lebih maksimal, maka sudah seharusnya kita mengetahui beberapa tingkatan sabar ini. Pertama, sabar dalam arti mampu menahan diri dari berbuat maksiat, dosa dan segala bentuk kejahatan dan keburukan (baca: QS. Az-Zumar [39]: 10).<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Kedua, sabar dalam arti menerima segala mcm musibah yang menimpa atau ditimpakan oleh Allah sambil berusaha mencari jalan keluarnya.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Ketiga, sabar dalam arti tidak memberikan reaksi balik terhadap segala macam fitnah, isu maupun sikap jahat dan perlakuan negatif dari orang lain yang diarahkan kepada dirinya karena dikhawtirkan akan menambah buruknya suasana.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Keempat, sabar dalam arti mendoakan kebaikan atas orang yang melakukan tindakan atau sikap jahat seperti sabarnya para ulul azmi (orang-orang yang mempunyai keteguhan hati), sambil tawakkal kepada Allah.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Akhirnya, apapun kesulitan dan kesengsaran dalam problemtika hidup yang menimpa tatanan keluarga kita, maka harus disikapi dengan sabar. Sabar bukan berarti diam, tidak boleh menangis, dan sedih. Tapi, sabar yang lahir dari sikap menerima problematika hidup sebagai bagian dari takdir. Sehingga ia akan menjadi ketenangan yang melindungi dari penyesalan yang tak berujung. <i>Wallahu'alam.***<o:p></o:p></i></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Arda Dinata<i> adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, <a href="http://www.miqraindonesia.tk/">http://www.miqraindonesia.tk</a></i></span></span></span></b></div></td></tr>
</tbody></table></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-60463458020051592122009-01-04T17:14:00.003+07:002012-05-22T14:39:43.496+07:00Nurani Kedamaian<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="21" style="width: 530px;"><tbody>
<tr> <td bgcolor="#ffffff" height="21"><a href="http://www.formulabisnis.com/?id=ilmukaya" target="_blank"><img border="0" src="http://www.jokosusilo.com/banner/bannertop-fb.jpg" /></a></td></tr>
</tbody></table><br />
<div class="MsoTitle" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 16pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman";">Nurani Kedamaian</span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman";">Oleh: ARDA DINATA<o:p></o:p></span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><b><i><span style="font-family: "Art"; font-size: 14pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Betapa bahagianya kita menyaksikan adanya perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pihak pemerintah berdasarkan hasil dari sebuah diplomasi. Namun belakangan ternyata, perjanjian tersebut diwarnai kekecewaan. Irian Jaya juga masih memendam masalah, demikian juga Ambon. Artinya, kegalauan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih terancam. Untuk itulah, semua pihak patut menyadari pentingnya "nurani kedamaian" dalam hidup berbangsa ini. Dan kalau tidak, kapan kita membangun bangsa ini?</span></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Adanya perpecahan dan ketidak damaian di wilayah NKRI, penyebabnya berawal dari kesenjangan ekonomi-sosial. Wujudnya bisa adanya ketidak adilan di setiap elemen, kesombongan merajalela, kedengkian, cinta kelompok yang berlebihan, dan keserakahan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Hemat kami, kesadaran potensi itulah yang harus dikedepankan oleh semua pihak dan elemen bangsa. Yang selanjutnya, masing-masing elemen hendaknya komitmen terhadap aktualisasi "nurani kedamaian" sebagai wujud penghalang dari bahasa kekerasan dan permusuhan pihak-pihak tertentu yang tidak ingin NKRI ini menjadi damai di atas ridha-Nya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Indonesia adalah negara yang penduduknya sebagian besar umat Islam. Sehingga umat ini memegang peranan penting dalam terwujudnya kedamaian. Kuncinya kita harus mempunyai tekad berdamai, semangat bersaudara, semangat bertabayun, semangat berjuang demi kemajuan bersama. Dan yang lebih penting dari itu, adalah kita harus mampu mengaktualisasikan secara nyata atas Islam sebagai agama <i>rahmatan lil alamin, </i>rahmat bagi semua pihak. Langkahnya, umat harus mencontoh Rasulullah Saw., diantaranya berupa memulai dengan nasehat baik, dengan berperilaku yang baik, atau dengan tindakan yang menjadikan orang tertarik pada kita.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Di sini, Allah menyatakan dalam firman-Nya.<i>"Serulah kepada jalan Tuhanmu, dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantulah mereka dengan cara yang baik." </i>(QS.16: 125). Selain itu, bukankah Allah juga bersifat Maha Rahman dan Maha Rahim?? Artinya sungguh mustahil, Allah yang mempunyai sifat Maha Sayang dan Maha Kasih tersebut, menurunkan hukum-hukum bagi manusia yang bertentangan dengan sifat-sifat-Nya. Buktinya, Allah dalam QS. Anbiya: 107, menyebutkan: <i>"Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad Saw), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."<o:p></o:p></i></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Prinsip perdamaian dalam Islam bertitik tolak dari akidah (iman kepada Allah). Kita harus yakin bahwa bila manusia mengikuti syariah Allah maka perdamaian di muka bumi bisa dijamin, karena perdamaian dalam Islam berkaitan erat dengan keyakinan akan kepercayaan terhadap-Nya. Sehingga tidaklah basa basi, kalau Islam sangat memperhatikan kedamaian. Sebab dengan kedamaian, kita dapat beribadah dengan baik, membangun peradaban, berhubungan harmonis sesama manusia, dan mewujudnya manusia sebagai khalifah di bumi ini.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Konsekuensi dari kesadaran sebagai wakil Allah yang menjamin kedamaian sesama manusia, maka terlebih dahulu kita harus paham betul akan sesuatu yang disukai oleh manusia. Yakni pada dasarnya manusia itu: <i>senang membantu orang lain; menghendaki citra pribadinya dapat diterima orang lain; senang bila dirinya dibutuhkan; senang dipuji; senang memilih; tidak mau dipermalukan; senang melihat yang rapi dan bersih; senang bila menjadi penting; suka kepada pendengar yang baik; senang diberitahu; dan senang melihat wajah yang bersahabat.</i> Dengan memahami hal ini, kami yakin setiap kita akan berjuang keras untuk menciptakan "nurani kedamaian" dalam dirinya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Akhirnya, komitmen membangun kedamaian mulai 2003 ini adalah cita-cita luhur. Namun hal ini tidak akan terwujud bila yang kita gunakan adalah bahasa kekerasan, satelit prasangka buruk, dan trik-trik ketidak adilan serta kesombongan. Kedamaian akan terwujud bila setiap kita memiliki semangat [bersaudara, mencari solusi, dan maslahat bersama] yang dibalut dengan bekal keikhlasan, komitmen keadilan dan moralitas. <i>Wallahu'alam.***<o:p></o:p></i></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><b><span style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Arda Dinata<i> adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, <a href="http://www.miqra.blogspot.com/">http://www.miqra.blogspot.com</a>.<o:p></o:p></i></span></span></span></b></div></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-29047029245695223992009-01-01T00:17:00.002+07:002012-05-22T14:38:44.498+07:00Menekuni Ilmu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td style="font: inherit;" valign="top"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="21" style="width: 530px;"><tbody>
<tr> <td bgcolor="#ffffff" height="21"><a href="http://www.formulabisnis.com/?id=ilmukaya" target="_blank"><img border="0" src="http://www.jokosusilo.com/banner/bannertop-fb.jpg" /></a></td></tr>
</tbody></table><div class="MsoTitle" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoTitle" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Art"; font-size: 18pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman";">Menekuni Ilmu <o:p></o:p></span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman";">Oleh: ARDA DINATA<o:p></o:p></span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center; text-indent: 0cm;"><b><i><span style="font-family: "Art"; font-size: 14pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Dalam suatu keterangan disebutkan Jabir bin Abdullah ra, pergi ke Syam menempuh perjalanan selama satu bulan hanya untuk mendengar satu hadits saja dari Abdullah bin Unais ra. Hadits tersebut ialah bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya manusia itu nanti akan dibangkitkan di hari kiamat dalam keadaan tidak memakai alas kaki, tidak memakai pakaian dan tidak dikhitan." (HR. Muslim dari Aisyah).</span></span></i></b></div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Sementara itu, Abu Ayyub Al-Anshori pergi dari Madinah ke Mesir menemui 'Uqbah bin Amir hanya untuk mendengarkan satu hadits saja yaitu sabda Rasulullah Saw, "Barangsiapa mentutupi aib saudara muslimnya di dunia, maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat." (HR. Bukhori dan Muslim).<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Kisah ini, memberi pelajaran tentang bagaimana kegigihan seseorang dalam menyelesaikan studinya (menekuni dan mendapatkan ilmu). Begitu pun dengan kita saat ini, walau kita merasakan betapa mahalnya biaya pendidikan yang dirasakan para orang tua, semoga tidak mensurutkan niat baik kita untuk mencari ilmu pengetahuan itu. Sebab, keberadaan ilmu pengetahuan ini sangat dihargai oleh Islam. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Menuntut ilmu hukumnya wajib dan bagi mereka yang lalai menuntut ilmu tergolong melakukan perbuatan dosa. Atas dasar ini, penghargaan Islam terhadap ilmu sangat tinggi. Sampai-sampai Islam melarang seseorang mengerjakan sesuatu perkara tanpa mengetahui ilmunya (baca: QS. Al Israa': 36). Di sini, menunjukkan bahwa belajar menambah ilmu merupakan ketaatan kepada Allah, sebab mencari ilmu telah diwajibkan-Nya. Allah berfirman, <i>"….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat …."</i> (QS. Al Mujaadilah: 11).<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Jadi, janganlah tunda niat baik untuk mencari ilmu dan menyelesaikan studi. Karena banyak ilmu pengetahuan (studi) lain yang perlu kita gapai. Sehingga semakin banyak kita menunda-nunda niat baik itu, maka saat itu pula penyesalan akan menyertainya. Bukankah, kesempatan itu datangnya hanya sekali dan sikap kita yang salah akan berbuah pada penyesalan di kemudian hari.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Bahkan kehidupan mengajarkan kepada kita, bahwa hidup ini harus bergerak –tidak boleh berhenti pada satu tempat saja--. Kita harus bergerak dari kegiatan satu ke kegiatan lainnya. Begitu juga halnya dalam proses studi, kita harus segera menyelesaikan studi. Dan bukan sebaliknya, kita menyia-nyiakan/menyepelekan kesempatan untuk menyelesaikan studi. Bahkan, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk terus menyambung satu pekerjaan dengan pekerjaan lain. Allah berfirman, yang artinya: "<i>Maka</i> <i>apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."</i> (QS. Alam Nasyrah: 7-8).<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Pada konteks ini, berarti setiap muslim harus menekuni bidang ilmu yang sedang digeluti. Ia harus mencari dan terus mencari. Karena ilmu itu tidak akan datang kepada pencarinya, atau menyulap orang dalam sekejap menjadi orang-orang yang mahir dan ahli (baca: QS. An-Nahl: 78). <i>Wallahu'alam.***<o:p></o:p></i></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 6pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Arda Dinata<i> adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, <a href="http://www.miqra.blogspot.com/">http://www.miqra.blogspot.com</a>.<o:p></o:p></i></span></span></b></div></td></tr>
</tbody></table></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-85027543193051446972008-11-01T11:53:00.001+07:002012-05-22T14:38:06.017+07:00Menapaki Jalan Kebahagiaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td style="font: inherit;" valign="top"><br />
<br />
<blockquote style="border-left: rgb(16,16,255) 2px solid; margin-left: 5px; padding-left: 5px;"><div id="yiv47180305"><div id="ygrp-mlmsg" style="width: 655px;"><div id="ygrp-msg" style="float: left; margin: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 25px; padding-top: 0px; width: 470px;"><div id="ygrp-text"><div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="21" style="width: 530px;"><tbody>
<tr><td bgcolor="#ffffff" height="21"><a href="http://www.formulabisnis.com/?id=ilmukaya" rel="nofollow" target="_blank"><img border="0" src="http://www.jokosusilo.com/banner/bannertop-fb.jpg" /></a></td></tr>
</tbody></table><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="21" style="width: 530px;"><tbody>
<tr><td bgcolor="#ffffff" height="21"></td></tr>
</tbody></table></div><h1 align="center" style="text-align: center;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Menapaki Jalan Kebahagiaan</span></span></h1><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Oleh: ARDA DINATA </span></span></b></div></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div></div></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><i><span style="font-family: "Art"; font-size: 14pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">DAPAT dipastikan setiap kita mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. Sehingga pantas bila Syaikh Syarbashi pernah berkata, "Semua manusia yang hidup di dunia ini berlomba-lomba mencari kebahagiaan dan ingin bisa meraihnya walaupun dengan harga yang tinggi."</span></span></i></b></div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Kebahagiaan itu, ternyata di mata orang-orang bodoh dan pendusta adalah dianggap sebagai lafaz yang tidak berhakikat dan merupakan khayalan fatamorgana yang tiada nyata. Sungguh ini adalah sesuatu yang kontradiksi dengan kenyataan bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini penuh dengan kebaikan, kenikmatan dan keberkahan. Lebih-lebih Allah telah menurunkan Alquran sebagai petunjuk hidup manusia agar titak susah (baca: QS. Thaha: 2).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Kenyataan berfikir model itulah, sesungguhnya awal penyebab terjadinya kegagalan menggapai kebahagiaan hidup. Untuk itu, sangat tepat bila setiap kita melakukan kontemplasi terhadap sikap hidup yang telah kita lakukan selama ini. sebab, tanpa melakukan "penilaian" terhadap sikap hidup dirinya sendiri, maka jangan harap "kemulusan" kebahagiaan itu menghampiri kita.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Terkait dengan itu, seorang dokter Muslim, Tsabit Qurrah, memberikan perhatian melalui fatwa dan tipsnya yang dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan. Beliau mengatakan, "Kenyamanan jasad adalah dengan sedikit makan; kenyamanan jiwa adalah dengan sedikit dosa; kenyamanan hati adalah dengan sedikit keinginan; dan kenyamanan lisan adalah dengan sedikit berbicara."</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Secara demikian, yang membuat seseorang dapat menapaki jalan kebahagiaan itu, kuncinya ada dalam perilaku dan sikap hidupnya sendiri. Yakni berupa bagaimana keyakinan kita memperlakukan jasad, jiwa, hati, dan lisannya itu secara benar. Dan di sini, kata kuncinya ada pada sikap "sedikit" terhadap makan, dosa, keinginan, dan berbicara.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><i><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;">Pertama</span></i><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;">, kebahagiaan jasad dengan sedikit makan. Jasad ini seperti sebuah mesin dan bahan bakarnya adalah makanan. Artinya, kita hendaknya mempergunakan bahan bakar itu secara wajar, sebab jika berlebihan ia bisa lebih berbahaya daripada api. Begitu juga dengan jasad, bila tidak dikekang dari keinginan nafsunya, ia akan berbahaya bagi orang lain dan menghilangkan citra kemunisaannya. Hebatnya lagi, ia bisa lebih buas dari binatang yang cenderung membuat keonaran dan kerusakan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><i><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;">Kedua</span></i><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;">, kebahagiaan jiwa dengan sedikit dosa. Hal ini dapat dipahami, sebab jiwa itu cenderung memerintahkan untuk berbuat jelek <i>(ammarah bissu)</i>, maka jika ia terbebas dari ikatannya ia akan lari bergabung dengan setan. Dan konsekuensinya, ia akan berkolusi, korupsi, menipu, dan berbuat sewenang-wenang yang melapaui batas. Oleh karena itu, musuh paling berat manusia adalah hawa nafsunya sendiri. Bagi siapa yang menturutkan hawa nafsunya, ia akan celaka. Al-Busyiri berkata dalam sebuah syairnya, "Jiwa itu bagaikan anak kecil. Jika kamu memanjakannya, hingga tumbuh dewasa pun ia akan tetap menyusu kepada ibunya. Akan tetapi, jika kamu menyapihnya maka ia akan berhenti menyusu." Jadi, jauhilah hawa nafsu, dan berhati-hatilah untuk tidak memperturutkannya.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><i><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;">Ketiga</span></i><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;">, kebahagiaan hati dengan sedikit keinginan. Langkahnya yaitu dengan meminimalkan rasa duka, rasa takut, dan rasa resah. Hal ini didasari karena di dalam hati yang resah sesungguhnya akan terbuka pintu-pintu kelemahan dan ketidak menentuan. Dan kondisi seperti ini membuat hati dihadapkan pada dua pilihan pintu masuk, yaitu: pintu keresahan atau pintu keberkahan. Walau demikian, hanya dengan modal insting yang kuat dan berani ia akan mampu mempertahankan yang terbaik. Islam sendiri, dalam hal ini telah mengajarkan pada pemeluknya bagaimana cara memilih kebahagiaan dan ketenangan hati itu, seperti disebutkan dalam QS. Ar-Ra'd: 28, <i>Orang-orang yang beriman dan hati mereka merasa tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.</i></span></span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><i><span style="font-family: "Art";">Keempat</span></i><span style="font-family: "Art";">, kebahagiaan lisan dengan sedikit berbicara. Alasanya, semakin sering seseorang berbicara (yang tidak berguna), semakin besar peluangnya orang tersebut akan tergelincir. Lisan yang terbiasa mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak pantas akan membahayakan orang lain. Dalam hal ini, Ibn Abbas pernah berkata, "Ucapkanlah perkataan yang baik-baik, niscaya kamu akan beruntung. Jagalah perkataan-perkataan yang kotor, niscaya kamu akan selamat. Jika tidak, niscaya kamu akan menyesal kemudian."</span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Art"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Akhirnya, pastikan dalam menghadapi kehidupan ini, tubuh kita terjaga dari makanan yang berlebih-lebihan, jiwa terhindar dari perbuatan dosa, hati terjaga dari keinginan yang tidak terkendali, dan lisan terjaga dari perkataan yang kotor. Bila hal ini telah dilakukan, maka sesungguhnya kita telah menapaki dan menempuh jalan yang lurus lagi menjadi orang-orang yang berbahagia. <i>Wallahu a'lam.***</i></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><span style="font-family: "Art";"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Arda Dinata<i> adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, <a href="http://www.miqra.blogspot.com/" rel="nofollow" target="_blank">http://www.miqra. blogspot. com</a>.</i></span></span></span></b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="21" style="width: 530px;"><tbody>
<tr> <td bgcolor="#ffffff" height="21"><a href="http://www.formulabisnis.com/?id=ilmukaya" rel="nofollow" target="_blank"><img border="0" src="http://www.jokosusilo.com/banner/bannertop-fb.jpg" /></a></td></tr>
</tbody></table></div><span style="color: white;">__._</span></blockquote></td></tr>
</tbody></table></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-66173395684192970262008-07-31T07:13:00.001+07:002012-05-22T14:36:37.716+07:00Menuju Pemerintahan yang Baik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Menuju Pemerintahan yang Baik<br />
Oleh ARDA DINATA<br />
</b><b></b><br />
H.Obar Sobarna, S.Ip., mengakui masih banyak yang harus dilakukan oleh Pemda Kab.Bandung untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Harapan dan kecemasan aparat pemerintah dan masyarakat yang menyertai kemajuan pembangunan merupakan masukan untuk merencanakan dan mengendalikan perubahan<br />
(Pikiran Rakyat, 22/04/2001).<br />
<br />
Berbicara masalah perubahan, Jakob Sumardjo mengatakan, sebuah bangsa hidup terus karena adanya kesinambungan nilai-nilai dan perubahan nilai-nilai. Kesinambungan nilai-nilai hanya dapat didapatkan dalam sejarah bangsa itu (dalam konteks ini, ya sejarah kabupaten tersebut-Penulis). Juga perubahan-perubahan yang dikehendaki sekarang ini, hanya dapat dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang ada sekarang yang bersejarah tersebut.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Adanya keinginan merubah sesuatu, tentunya kita tidak dapat melakukannya secara ahistroris. Tegasnya, perubahan harus memperhitungkan dasar historis dari komponen yang akan kita rubah. Dalam hal ini, Jakob Sumardjo mengilustrasikan, ide secemerlang apa pun yang dapat diperoleh dari filsuf kaliber jagad, kalau tidak memperhitungkan konteks yang historis, akan mengalami kegagalan akibat konflik.<br />
<br />
Lagi pula, pemikiran ideal semacam itu juga muncul dari kondisi historis asal filsuf. Saat ini Kab. Bandung membutuhkan pemikir-pemikirnya sendiri yang berakar dari konteks Kab. Bandung yang unikum ini. Namun tidaklah masalah, apakah ia dapat meminjam dari pemikir-pemikir daerah dan kota lain atupun bangsa lain. Yang jelas, tetap dituntut adanya penyesuaian dengan konteks historis Kab. Bandung.<br />
<br />
Pada dasar pemikiran itulah, setidaknya yang harus menjadi pijakan Pemda dan warga Kab. Bandung dalam membangun daerah sebagai tempat tinggalnya. Untuk itu, patut kita sambut baik ajakan Bupati Bandung dalam sambutannya di rapat Paripurna Khusus Kab. Bandung untuk memperingati HUT ke-360 Kab. Bandung (21/04/2001). Yaitu Bupati mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut menyukseskannya dengan mendukung upaya ke arah terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa, karena hal itu merupakan hal yang penting.<br />
<br />
Pertanyaannya, langkah apa yang dilakukan untuk terciptanya pemerintahan yang baik (baca: bersih dan berwibawa) tersebut? Selanjutnya, sikap politik yang bagaimana yang bisa dilakukan para pejabat untuk mendukung terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa itu.<br />
<br />
<b>Tabu politik</b><br />
<br />
Cita-cita mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa itu, kelihatannya sesuatu yang muluk dan mustahil, bila kita lihat kondisi masyarakat saat ini. Walau demikian, bukan berarti kita tidak mungkin mencapainya. Yang jelas, sepanjang setiap insan (Pemda dan rakyat) Kab. Bandung berniat dengan sungguh-sungguh yang disertai dengan usaha dan doa kepada-Nya, Insya Allah akan terlaksana dan tidak ada satu mahluk pun yang mampu menghalanginya, kalau Allah telah berkehendak.<br />
<br />
Berbicara bagaimana peran serta para pejabat dan abdi negara melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam kontribusinya mewujudkan pemerintahan bersih dan berwibawa, maka ada beberapa tabu politik yang mesti dijaganya. Dalam hal ini, menyikapi perubahan jaman dan penjewantahan dari masa-masa transisi ini, Prof. Dr. Suhardiman SE, mengungkapkan ada lima tabu politik yang harus dijaga oleh para pejabat dan abdi negara. Yaitu jangan sakiti rakyat; jangan membuat jurang pemisah antara rakyat dan pemimpin; jangan padamkan aspirasi politik rakyat; mampu memberi contoh dan suri tauladan kepada rakyat; serta jangan bersikap tertutup kepada rakyat.<br />
<br />
Kalau kita kaji satu persatu, maka paling tidak didapat gambaran seperti berikut: Pertama, jangan sakiti rakyat. Point ini hendaknya perlu dicamkan betul oleh abdi negara, bahwasannya secara hakiki dan manusiawi setiap orang itu tidak ingin disakiti. Lebih-lebih rakyat Indonesia lebih dari 32 tahun telah merasakan bagaimana rakyat dikelabui sehingga menderita oleh rezim yang begitu diktator. Untuk itu, masa reformasi ini merupakan saat yang tepat untuk membangun citra abdi negara yang cinta rakyat dan berfungsi sebagai pelindung masyarakat.<br />
<br />
Kedua, jangan membuat jurang pemisah antara rakyat dan pemimpin. Masalah yang satu ini, kelihatannya belum diterapkan benar oleh pemerintahan sekarang, Hal ini dibuktikan dengan kenaikan gaji dikalangan para pejabat tinggi beberapa waktu lalu. Pada Kab. Bandung sendiri, berdasarkan kabar terbaru bahwa anggota dewan telah menyetujui pembelian kendaraan dinas bagi pejabat-pejabat baru. Sedangkan di bagian lain, kita tahu kondisi rakyat masih diselimuti keterpurukan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Ini tentunya, sangat ironis dan tragis. Pasalnya, bagaimana seorang pejabat akan peka terhadap rakyatnya, sedangkan dia sendiri jauh dari rasa empati kepada penderitaan rakyatnya.<br />
<br />
Ketiga, jangan padamkan aspirasi politik rakyat. Berkait dengan ini, kelihatannya sampai saat ini aspirasi politik rakyat belum “ditangkap” dengan baik oleh para wakil rakyat. Buktinya masih banyak aspirasi dari rakyat kebanyakan belum teradopsi oleh para wakil rakyat dan mengesankan masih sebagai wakil golongan atau partainya.<br />
<br />
Keempat, mampu memberikan contoh dan suri tauladan (yang baik) kepada rakyat. Peribahasa lama mengatakan, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Dalam konteks ini, artinya bahwa seandainya kalangan pemerintah dan pejabat masih senang melakukan penyimpangan dan pelanggaran hukum, maka jangan sesalkan kalau banyak masyarakat yang melakukan perbuatan serupa atau barang kali lebih hebat lagi. Dan kondisi ini tentunya tidak kita harapkan.<br />
<br />
Kelima, jangan bersikap tertutup kepada rakyat. Jika pemerintah masih melakukan sikap tertutup tidak sejalan dengan tema utama dalam reformasi dewasa ini dan tidak mendukung terciptanya good governance.<br />
<br />
<b>Pemerintahan yang baik<br />
</b><br />
Konsepsi dalam pembentukan good governance (pemerintahan yang baik) terdiri dari unsur akuntabilitas (accountability), transparansi (transparency), keterbukaan (openness), dan aturan hukum (rule of law). (Bhatta; 1996: 2).<br />
<br />
Pertama, akuntabilitas. Memiliki arti kewajiban bagi pemerintah untuk bertindak selaku penanggung jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijaksanaan yang diterapkannya. Akuntabilitas inilah merupakan inti dari pemerintahan yang baik.<br />
<br />
Kedua, transparansi. Pemerintahan yang baik, tentunya akan bersifat transparan terhadap rakyatnya. Baik di tingkat pusat maupun daerah. Setiap masyarakat secara pribadi-pribadi dapat mengetahui secara jelas dan tanpa ada yang ditutup-tutupi tentang proses perumusan kebijaksanaan publik yang diambil serta tindakan implementasinya di masyarakat. Dalam arti lain, segala tindak tanduk maupun kebijaksanaan pemerintah harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat umum.<br />
<br />
Ketiga, keterbukaan. Arti keterbukaan dalam konsep ini, mengacu kepada terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak transparan. Pemerintahan yang baik, yang bersifat transparan dan terbuka ini, tentunya akan memberikan informasi data yang memadai bagi masyarakat sebagai bahan untuk melakukan penilaian atas jalannya pemerintahan.<br />
<br />
Keempat, aturan hukum. Prinsip rule of law di sini, diartikan bahwa good governance mempunyai karakteristik berupa jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh. Implementasinya berarti setiap kebijaksanaan dan peraturan perundang-undangan harus selalu dirumuskan, ditetapkan dan dilaksanakan berdasarkan prosedur baku yang sudah melembaga dan diketahui oleh masyarakat umum. Sehingga masyarakat pun memiliki kesempatan untuk mengevaluasinya.<br />
<br />
Apabila Pemda Kab. Bandung dan jajarannya mampu mengimplementasikan keempat karakteristik tersebut, maka cita-cita mewujudkan pemerintahan yang baik dan berwibawa dapat segera tercapai. Wallahu’alam bisawab.****<br />
<br />
<b><i>Penulis adalah pemerhati masalah lingkungan-sosial, Email: </i></b><a href="mailto:reusenews@yahoo.com"><b><i>reusenews@yahoo.com</i></b></a><b><i>.<br />
<br />
Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, </i></b><a href="http://www.miqra.blogspot.com/"><b><i>http://www.miqra.blogspot.com</i></b></a><b><i>.<br />
</i></b><br />
<b><br />
</b></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-44624385746846855312007-06-17T20:10:00.007+07:002012-05-22T14:34:13.636+07:00Etika Berdagang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div align="left">Oleh <b><span style="color: red;">Arda Dinata<br />
</span></b><br />
<b><span style="color: red;"><br />
</span></b><br />
<i>“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta orang lain dengan cara batil, kecuali dengan cara perniagaan yang berlaku sukarela di antara kamu.” (QS. 4: 29).</i></div><br />
Berniaga atau berdagang dalam memenuhi biaya kehidupan sangat dianjurkan. Dalam sabdanya, Rasulullah Saw. mengungkapkan, “Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang.”<br />
<br />
Memang, bila kita baca riwayat hidup Rasulullah akan diketahui bahwa Nabi Saw. betul-betul sosok pedagang yang profesional. Namun, bedanya dengan kebanyakan pedagang saat ini adalah ia mengambil pekerjaan berdagang itu sekedar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, buka untuk menjadi seorang jutawan.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Dalam setiap transaksi dagangnya, entah itu kecil ataupun besar, Nabi tidak pernah memberikan kesempatan pada para pelanggannya untuk mengeluh. Ia selalu menempati janji dari setiap transaksi yang dilakukannya dengan tepat waktu. Kalau pun ada permasalahan, Nabi selalu menyelesaikannya dengan jalan damai dan adil, tanpa unsur penipuan.<br />
<br />
Dari aaktivitas dagang yang pernah dilakukan Rasulullah, sesungguhnya terdapat prinsip-prinsip dasar untuk hubungan dagang yang adil dan jujur. Kejujuran, keadilan, dan konsistensi merupakan tiga kata yang selalu dipegang teguh oleh Nabi dalam melakukan transaksi perdagangan. Inilah sesungguhnya yang perlu diteladani umatnya.<br />
<br />
Berdasarkan beberapa keterangan Nabi, berikut ini ada beberapa etika berniaga/dagang yang sangat dijaganya. Pertama, penjual harus menjauhi sumpah yang berlebihan dalam suatu penjualan. Nabi berkata, “Hati-hatilah terhadap sumpah yang berlebihan dalam suatu penjualan. Meskipun ia meningkatkan pemasaran, tetapi ia juga mengurangi berkahnya.”<br />
<br />
Kedua, hanya dengan kesepakatan bersama, tidak menipu, atau dengan usulan dan penerimaan, penjualan suatu barang akan sempurna. Nabi berkata, “Apabila dilakukan penjualan, katakanlah tidak ada penipuan.” Pada bagian lain disebutkan, “Keduanya tidak boleh terpisah kecuali dengan kesepakatan bersama.”<br />
<br />
Ketiga, orang yang membayar dimuka untuk pembelian suatu barang tidak boleh menjualnya sebelum barang tersebut benar-benar menjadi miliknya. Nabi berkata, “Barangsiapa membayar di muka untuk suatu barang, jangan biarkan ia menyerahkan barang tersebut pada orang lain sebelum barang itu menjadi miliknya.”<br />
<br />
Keempat, tidak ada harga komoditi yang boleh dibatasi. Selain itu, kita juga dilarang segala bentuk monopoli dalam perdagangan. Nabi mengatakan, “Barangsiapa melakukan monopoli, maka ia adalah seorang pendosa.”<br />
<br />
Kelima, para pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan, hendaknya diberi tempo untuk melunasinya. Dan pengampunan hendaknya diberikan jika ia benar-benar tidak sanggup membayar. Nabi berkata, “Seseorang akan dimasukkan ke surga, karena pernah berdagang di dunia, dan menunjukkan kebaikan kepada orang-orang, memberikan tempo untuk melunasi hutangnya, serta membebaskan pembayaran bagi yang sangat membutuhkan.” Semoga, kita termasuk di dalamnya. Wallahu’alam.<br />
<br />
<i><b>Penulis Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.<br />
</b></i><br />
<a href="http://www.miqra.blogspot.com/">http://www.miqra.blogspot.com</a></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-66636605175072570732007-06-17T20:10:00.004+07:002012-05-22T14:32:41.991+07:00Etika Berdagang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Oleh <b><span style="color: red;">Arda Dinata<br />
</span></b><br />
<b><span style="color: red;"><br />
</span></b><br />
<i>“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta orang lain dengan cara batil, kecuali dengan cara perniagaan yang berlaku sukarela di antara kamu.” (QS. 4: 29).<br />
<br />
</i>Berniaga atau berdagang dalam memenuhi biaya kehidupan sangat dianjurkan. Dalam sabdanya, Rasulullah Saw. mengungkapkan, “Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang.”<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Memang, bila kita baca riwayat hidup Rasulullah akan diketahui bahwa Nabi Saw. betul-betul sosok pedagang yang profesional. Namun, bedanya dengan kebanyakan pedagang saat ini adalah ia mengambil pekerjaan berdagang itu sekedar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, buka untuk menjadi seorang jutawan.<br />
<br />
Dalam setiap transaksi dagangnya, entah itu kecil ataupun besar, Nabi tidak pernah memberikan kesempatan pada para pelanggannya untuk mengeluh. Ia selalu menempati janji dari setiap transaksi yang dilakukannya dengan tepat waktu. Kalau pun ada permasalahan, Nabi selalu menyelesaikannya dengan jalan damai dan adil, tanpa unsur penipuan.<br />
<br />
Dari aaktivitas dagang yang pernah dilakukan Rasulullah, sesungguhnya terdapat prinsip-prinsip dasar untuk hubungan dagang yang adil dan jujur. Kejujuran, keadilan, dan konsistensi merupakan tiga kata yang selalu dipegang teguh oleh Nabi dalam melakukan transaksi perdagangan. Inilah sesungguhnya yang perlu diteladani umatnya.<br />
<br />
Berdasarkan beberapa keterangan Nabi, berikut ini ada beberapa etika berniaga/dagang yang sangat dijaganya. Pertama, penjual harus menjauhi sumpah yang berlebihan dalam suatu penjualan. Nabi berkata, “Hati-hatilah terhadap sumpah yang berlebihan dalam suatu penjualan. Meskipun ia meningkatkan pemasaran, tetapi ia juga mengurangi berkahnya.”<br />
<br />
Kedua, hanya dengan kesepakatan bersama, tidak menipu, atau dengan usulan dan penerimaan, penjualan suatu barang akan sempurna. Nabi berkata, “Apabila dilakukan penjualan, katakanlah tidak ada penipuan.” Pada bagian lain disebutkan, “Keduanya tidak boleh terpisah kecuali dengan kesepakatan bersama.”<br />
<br />
Ketiga, orang yang membayar dimuka untuk pembelian suatu barang tidak boleh menjualnya sebelum barang tersebut benar-benar menjadi miliknya. Nabi berkata, “Barangsiapa membayar di muka untuk suatu barang, jangan biarkan ia menyerahkan barang tersebut pada orang lain sebelum barang itu menjadi miliknya.”<br />
<br />
Keempat, tidak ada harga komoditi yang boleh dibatasi. Selain itu, kita juga dilarang segala bentuk monopoli dalam perdagangan. Nabi mengatakan, “Barangsiapa melakukan monopoli, maka ia adalah seorang pendosa.”<br />
<br />
Kelima, para pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan, hendaknya diberi tempo untuk melunasinya. Dan pengampunan hendaknya diberikan jika ia benar-benar tidak sanggup membayar. Nabi berkata, “Seseorang akan dimasukkan ke surga, karena pernah berdagang di dunia, dan menunjukkan kebaikan kepada orang-orang, memberikan tempo untuk melunasi hutangnya, serta membebaskan pembayaran bagi yang sangat membutuhkan.” Semoga, kita termasuk di dalamnya. Wallahu’alam.<br />
<br />
<i><b>Penulis Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.<br />
</b></i><br />
<a href="http://www.miqra.blogspot.com/">http://www.miqra.blogspot.com/</a></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-51305369547036923742007-06-10T23:06:00.002+07:002012-05-22T14:33:41.010+07:00Silaturahim, Persahabatan Hakiki dan Terbukanya Rahmat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div align="center">Oleh: <b><span style="color: red;">Arda Dinata</span></b><br />
<br />
<i><b>RASULULLAH</b> s.a.w. bersabda, “Orang yang bersilaturahim itu bukanlah orang yang membalas kunjungan atau pemberian, akan tetapi yang dimaksud dengan orang bersilaturahim adalah orang yang menyambung orang yang memutuskan hubungan denganmu.”</i></div><div align="justify"><br />
Silaturahim meupakan kata majemuk, terdiri dari kata shilat yang berarti menyambung yang putus. Sedangkan rahim berasal dari kata rahmah yang berarti kasih sayang. Berkait dengan ini, kita tahu bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah berhati hidup, tanggap, lembut dan penuh kasih sayang. Dengan hati inilah ia berkomunikasi dengan orang lain, masyarakat, dan lingkungannya. Ia akan ternyuh melihat yang lemah, pedih melihat orang yang sedih, dan santun kepada yang miskin serta mengulurkan bantuan kepada yang membutuhkan.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Adanya kondisi seperti itu, tentu akan berdampak pada terhindarnya dari usaha untuk menyakiti orang lain. Apalagi melakukan kejahatan. Sebaliknya ia tentu akan menjadi sumber inspirasi dan keteladanan bagi kebaikan, keberuntungan dan kedamaian orang lain, masyarakat serta lingkungannya.<br />
<br />
Sementara itu, dalam kamus umum bahasa Indonesia, silaturahim diartikan sebagai persaudaraan, persahabatan. Dari sini, kita bisa kembangkan menjadi berkunjung, mendatangi, mengeratkan tali kasih (termasuk berdoa), bahkan bisa diperluas lagi menjadi saling berkomunikasi (tukar pikiran), curhat, dan saling memaafkan.<br />
<br />
Pada konteks budaya Indonesia, kegiatan silaturahim ini akan terasa sekali pada awal-awal bulan Syawal atau saat Idul Fitri, bila kita bandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Padahal, seharusnya pemahaman silaturahim dan perilaku tersebut tidak terbatas pada perbedaan bulan dan situasional. Tapi, setiap saat kita harus berusaha membangun dan melakukannya, karena aktivitas ini akan mendatangkan rahmat Allah yang tidak terkira.<br />
<br />
Keterangan berikut ini, setidaknya dapat menyakinkan kita tentang hal itu. “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?” tanya Rasulullah s.a.w. kepada sahabat-sahabatnya.<br />
<br />
Rasulullah kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambung persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka adalah amal salah yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rizkinya, hendaklah ia menyambung persaudaraan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
Dalam konteks ini, bila kita menyikapi dan merenungi hadis tersebut, maka jelas Islam telah lebih dulu memberikan kunci bagi mereka yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakan rizkinya. Yakni dengan cara menyambung persaudaraan (baca: menjalin persahabatan hakiki). Lalu, bagaimana aplikasinya?<br />
<br />
Ilmu Barat mengatakan, “Inti dari hidup adalah bergerak.” Dengan demikian, siapa pun orangnya yang sering melakukan gerak, maka ia hidup. Sebab dengan melakukan gerak, tentu organ tubuh juga ikut bergerak. Dampaknya membuat jantung akan memompakan darah ke seluruh tubuh kita.<br />
<br />
Kaitannya dengan silaturahim, maka orang yang sering melakukan aktivitas tersebut terhadap Sang Pencipta, manusia lain, dan lingkungannya, maka ia akan melakukan gerak pada organ tubuhnya (baik fisik maupun psikisnya). Otomatis organ tubuhnya menjadi hidup, yang pada akhirnya berkolerasi positif terhadap “dipanjangkan” usianya. Artinya bukan jatah hidupnya yang telah ditentukan-Nya menjadi bertambah, tetapi nama kita (dikemudian hari) walau telah meninggal dunia akan terus dikenang oleh orang lain karena kebaikan-kebaikan yang telah kita kerjakan.<br />
<br />
Aktivitas silaturahim ini, selanjutnya juga akan mendatangkan rizki yang tidak disangka-sangka kepada siapa pun yang melakukannya. Rizki yang bagaimana? Itu adalah hak perogratif Allah. Yang jelas dalam silaturahim itu akan terjadi dialog, pembicaraan tentang sesuatu hal. Di sini, tentunya akan terjadi transfer ilmu pengetahuan. Bukankah ini merupakan suatu rizki? Lalu, kita juga kadangkala dalam silaturahim itu ada jamuan. Sehingga dari pertemuan santai model ini juga biasanya ada yang berlanjut pada kesepakatan kerjasama untuk berusaha dan bisnis. Bukankah hal ini suatu rizki? Dan masih banyak lagi yang lainnya. Yang pasti, niatkan hati kita dengan iklas mengharap ridha-Nya. Karena Allah Maha Tahu apa kebutuhan kita dan Allah Maha Kaya lagi tahu segala-galanya.<br />
<br />
Lebih dari itu, aktivitas silaturahim ini tentu akan mengokohkan jalinan persahabatan hakiki bagi setiap orang yang mampu membangunnya. Dan kondisi bangsa saat ini, kelihatannya sangat membutuhkan sosok anak bangsa yang mampu menjalin ikatan persahabatan hakiki di antara penghuni negeri ini.<br />
<br />
<b>Persahabatan hakiki</b><br />
Persahabatan hakiki merupakan kata-kata indah untuk didengarkan dan tentunya setiap orang mendambakan realitas hal tersebut. Persahabatan itu sendiri berarti perhubungan selaku sahabat. Sahabat adalah teman disegala suasana. Asik diajak berdiskusi, juga penuh kesabaran mendengarkan keluh kesah. Apalagi saat senang, memang enak dijalani bersama. Begitu pun saat susah, terasa ringan dengan berbagi cerita terhadap sahabat.<br />
<br />
Menjalin ikatan persahabatan merupakan aktivitas yang suci (fithriyyah) bagi kita, karena manusia memang ditakdirkan Allah menghuni bumi ini sebagai makhluk sosial. Dari aktivitas tersebut, kita bisa belajar banyak mengenai kehidupan lebih banyak lagi. Lewatnya, kita bisa bercermin. Melalui cermin persahabatan ini, kita bisa melihat perbedaan-perbedaan sifat, karakter manusia dan pola kehidupannya. Dan dari sini pula diharapkan kedewasaan serta kesabaran kita menjadi tertanam secara kokoh.<br />
<br />
Untuk mencapai makom persahabatan hakiki tersebut, Islam jauh-jauh hari telah memberi petunjuk untuk mencapainya. Yakni melalui persahabatan yang dibalut dengan Sibghah Allah. Tepatnya, bersahabat dalam pancaran nur Islam, yaitu bukan hanya berupa jalinan dua orang insan yang seiman dan seakidah (baca: ibarat satu tubuh). Tapi, juga otomatis dan tidak bisa tidak, meminjam bahasa Aa Gym adalah mesti ada “pihak ketiga” yang ikut mengikatkan diri serta kian memperteguh ikatan di antara keduanya. Yaitu Allah zat yang maha memiliki rasa kasih dan sayang. Singkatnya, persahabatan dalam Islam memang akan selalu melibatkan keberadaan Allah di tengah-tengah kita.<br />
<br />
Sesungguhnya persahabatan hakiki itu merupakan buah dari kebajikan akhlak, sedangkan perselisihan tidak lain merupakan hasil dari kebejatan akhlak. Maka akhlak yang bagus akan membuahkan rasa saling cinta, saling bersatu, dan saling memberi manfaat. Sedangkan akhlak yang buruk akan menghasilkan rasa saling membenci, saling mendengki, dan saling mencelakakan.<br />
<br />
Akhirnya, apa yang telah dipaparkan di atas, tidak lain adalah sesuatu yang mesti kita bina dengan jalinan persahabatan karena Allah. Yang untuk kondisi saat ini merupakan sesuatu yang terlihat renggang ---kalau tidak mau disebut rapuh---. Jadi, kunci bagi dipanjangkannya usia dan terbukanya rahmat serta pertolongan Allah untuk keluar dari jeratan krisis yang melilit bangsa ini, tidak lain adalah membangun ukhuwah islamiyah dan persahabatan hakiki di antara penghuni negeri ini. Karena bagaimana pun besarnya umat Islam di Indonesia, sama sekali tidak ada artinya, benar-benar laksana buih di lautan yang dengan mudah terombang-ambing gelombang, bila kita tidak mau berpegang teguh pada tali Allah dan menegakkan persatuan umat. Wallahu’alam.***</div><br />
<i><b>Penulis Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.<br />
</b></i><br />
<a href="http://www.miqra.blogspot.com/"><i>http://www.miqra.blogspot.com</i></a></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-90668511065722538012007-05-13T19:46:00.002+07:002012-05-22T14:35:58.988+07:00Pastikan Kita Masuk “Surga”!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div align="center"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimBYdb4TXed6aUHKCEt_aM2FpKENjAP4G6ymD2qBS-hM9rM9BWHB4ubjIvZmlzDJVvRFajPTyU7kNwTsMGoCQI8vtux1ljDglSi0ij09xZDyhyphenhyphen5oy8udCC-E7MMONx-9Q9YZHa0A/s1600-h/foto+arda+dinata.gif"><img alt="" border="0" height="115" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5064026236448275346" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimBYdb4TXed6aUHKCEt_aM2FpKENjAP4G6ymD2qBS-hM9rM9BWHB4ubjIvZmlzDJVvRFajPTyU7kNwTsMGoCQI8vtux1ljDglSi0ij09xZDyhyphenhyphen5oy8udCC-E7MMONx-9Q9YZHa0A/s200/foto+arda+dinata.gif" style="cursor: hand; display: block; height: 92px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 82px;" width="122" /></a> Oleh: <b>Arda Dinata<br />
</b><br />
<i><b>DARI</b> Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah bersabda kepada umat yang sedang mengelilinginya, “Pastikanlah kamu melaksanakan enam hal, aku pastikan kamu masuk surga!” Abu Hurairah bertanya kepada Nabi, "Apa-apa saja (yang enam tersebut), wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Shalat, zakat, amanah, kehormatan, perut, lidah.” (HR. Ath-Thabrani).</i><br />
<div align="justify"><br />
<br />
Hadis tersebut sangat inspiratif dalam mengarahkan manusia dalam mencapai kehidupan yang surgawi. Artinya kata “jannah” –surga-- tidaklah terbatas pada makna konotasi surga di akhirat saja. Tapi, ia lebih merupakan simbol dari segala kenikmatan, baik di dunia maupun akhirat.<br />
<br />
Hal senada diakui Dr. H. Muslim Nasution, pencapaian surga itu tidaklah terbatas pada pencapaian surga dalam arti di akhirat saja, tetapi juga pencapaian surga dalam arti dimensi duniawi. Yakni kebahagiaan dunia, ketenangan, kedamaian, kesuksesan dan lainnya. Sehingga bila surga di akhirat bisa diperoleh, mengapa surga di dunia tak bisa diperoleh?<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Setiap orang pasti ingin bahagia. Namun, adakalanya orang berjalan hanya mengikuti nafsunya semata-mata tanpa memperdulikan aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya. Dan kebahagiaan itu, janganlah diposisikan dalam kaca mata manusia. Sebab, kebahagiaan yang hakiki hanyalah milik Allah SWT., sehingga kebahagiaan inilah yang harus umat Islam gapai.<br />
<br />
Adapun langkah pertama yang perlu dilakukan untuk masuk surga (baca: menuju bahagia) ialah melaksanakan shalat. Makna shalat ini bila kita pahami dengan baik, sungguh amat dalam nilai yang dikandungnya. Shalat, selain berdimensi ibadah ritual dengan nilai pahala kemuliaan, juga berdimensi sosial-kemanusiaan. Dalam konteks hidup manusia, shalat juga dapat menghindarkan seseorang dari perbuatan-perbuatan negatif. Sehingga, pantas saja ketika seseorang meninggal dunia, pemeriksaan amal perbuatan yang pertama dinilai adalah amalan shalatnya.<br />
<br />
“Sesungguhnya, pekerjaan seorang hamba Allah, yang paling pertama diperiksa pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, bahagia dan sukseslah dia. Apabila shalatnya rusak, hancur dan rugilah dia …” (HR. At-Tirmidzi).<br />
<br />
Langkah lain menuju kebahagiaan ialah membayar zakat dan melaksanakan amanah/amanat. Membayar zakat (zakat mal dan fitrah) merupakan rukun Islam yang harus dilaksanakan bila telah mencukupi syarat-syaratnya. Pelaksanaan zakat, menurut Muslim Nasution, berarti memberi sejumlah harta atau benda kepada orang-orang tertentu yang pada umumnya dikategorikan orang-orang yang memerlukan bantuan finansial dan materi.<br />
<br />
Dalam ajaran Islam, harta yang kita miliki bukanlah milik kita secara hakiki. Namun, harta itu merupakan amanat dari Allah SWT. Lebih dari itu, di dalam harta yang dimiliki seorang muslim terdapat sejumlah hak orang lain. Hak itulah yang kemudian direalisasikan dalam bentuk zakat, infak dan sedekah.<br />
<br />
Sementara itu, amanat diartikan tidak sekedar memelihara atau menjaga sesuatu yang dititipkan. Tapi, dalam pandangan Al-Ghazali, amanat mempunyai makna yang luas. Bisa berupa perhatian seseorang terhadap tanggung jawab yang dipikulnya. Baik dalam bentuk pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang disyariatkan Allah SWT. dalam Alquran maupun hadis.<br />
<br />
Sehingga dapat dikatakan, bila seseorang melaksanakan amanat berarti melaksanakan berbagai ketentuan Allah yang telah diamanatkan. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. menjelaskan, “Kamu sekalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin di keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Pembantu adalah pemimpin harta milik tuannya dan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.” (HR. Bukhari).<br />
<br />
Syarat masuk surga lainnya ialah berupa memelihara kehormatan dan menjaga perut. Orang yang menjaga kehormatan dirinya secara baik akan mendapat kedudukan yang mulia dalam masyarakat. Realitasnya memperlihatkan, betapa banyak orang yang hancur kehidupan dan masa depannya akibat dari tidak mampu menjaga kehormatannya. Singkatnya, kehormatan merupakan harga diri yang mulia. Dalam Islam sendiri, perilaku memelihara kehormatan diri ini digolongkan wajib hukumnya.<br />
<br />
Kata kehormatan (baca: al-farj) di dalam hadis tersebut, sebenarnya memiliki arti lebih khusus sebagai alat kelamin (seks). Artinya, orang haruslah memelihara alat kelamin agar tidak digunakan pada yang haram. Dampaknya, apabila seks bebas berkembang di masyarakat akan timbul kegoncangan di dalam kehidupannya.<br />
<br />
Sedangkan kata perut sendiri, lebih merupakan simbol dari sesuatu yang masuk ke dalam perut (baca: makanan). Sehingga makanan harus menjadi perhatian yang serius. Tepatnya, setiap muslim harus hati-hati terhadap segala sesuatu yang dikonsumsi tubuhnya. Apakah halal atau haram, sebab ketidak halalan tersebut akan berakibat buruk bagi jiwanya.<br />
<br />
Dalam konteks ini, Rasulullah pernah mengatakan, “Setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka nerakalah tempatnya.” Di sini, kata neraka itu tidak hanya berarti neraka di akhirat, tapi juga “neraka dunia” (kegoncangan jiwa, kekerasan, kehancuran, dll). Lebih jauh, menurut Muslim Nasution, makanan yang haram akan membuat jiwa selalu tak pernah puas, malas beramal saleh, tak mau beribadah, tak patuh pada aturan, tumpul rasa jiwanya, dll.<br />
<br />
Langkah terakhir untuk masuk surga menurut hadis di atas adalah berupa menjaga/mengawasi lidah. Sebab, lidah merupakan simbol dari kata atau ucapan manusia. Arti lainnya, kata-kata atau ucapan yang dikeluarkan haruslah dijaga jangan sampai menggoncangkan, menggelisahkan masyarakat, tidak mengucapkan yang batil dan tidak benar. Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
Akhirnya, dengan melaksanakan keenam langkah atau perilaku tersebut, semoga seperti kata Nabi Saw. pastikan kita masuk surga! Amin. Wallahu’alam.*** </div><div align="justify"><br />
<i>Penulis Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.<br />
</i><br />
<a href="http://www.miqra.blogspot.com/">http://www.miqra.blogspot.com/</a> </div></div></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-57540820610092341742007-04-28T08:27:00.002+07:002012-05-22T14:35:38.111+07:00Penyakit, Musibah dan Perahu Kesabaran<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Oleh: <b><span style="color: red;">ARDA DINATA</span><br />
</b><br />
<b><span style="color: red;"><br />
</span></b><br />
<span style="color: #330099;"><i>Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa inna Ilaihi raji’un (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. (QS. Al-Baqarah: 155-156)<br />
</i><br />
<b>BERBAGAI</b> penyakit terkait dengan kondisi kesehatan lingkungan yang rendah, dewasa ini masih mendera masyarakat Indonesia, seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), kusta, filariasis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan lainnya. Kondisi rendahnya kualitas kesehatan lingkungan itu, tidak saja mendatangkan jatuhnya banyak korban karena serangan penyakit tersebut, tapi bahkan telah mendatangkan (musibah) bencana alam (seperti longsor, banjir, pencemaran lingkungan, dll).</span><br />
<a name='more'></a><span style="color: #330099;"><br />
<br />
Adanya fenomena alam seperti itu, kita selaku umat beragama tentu harus merenungi, sikapi dan maknai secara benar. Ada hikmah apa dibalik segala “musibah” dan kejadian tersebut. sehingga dengan pola pikir seperti ini, kita dapat berbuat lebih baik lagi dan menyikapi alam semesta ini dengan benar lagi bijaksana.<br />
<br />
Berbicara musibah, dalam khazanah keilmuan Islam disebutkan kalau musibah itu sebenarnya ada dua macam. Pertama, musibah yang di luar pilihan manusia. Contohnya adanya penyakit yang menimpa seseorang atau terjadinya kefakiran. Sedangkan terkait posisi manusia dalam menghadapi musibah macam ini, Dr. Akrim Ridha membaginya menjadi empat macam. (1) Ada manusia yang lemah sehingga ia tampak gundah dan sedih, serta ia suka mengaduh dan sedih, serta ia suka mengaduh bahkan merasa tidak suka atau benci; (2) ada yang sabar; (3) yang lebih tinggi dari bersabar adalah ridha atau menerima; (4) bahkan ada juga yang syukur, dan ini merupakan makom (kedudukan) yang paling tinggi.<br />
<br />
Kategori musibah kedua, adalah musibah yang mengenai seseorang karena perlakuan orang lain. Contohnya perbuatan zalim, merampas harta, atau mencela. Sementara itu, terkait kedudukan manusia ketika menghadapi musibah kategori ini, dalam bahasa Akrim Ridha, selain kedudukan seperti kategori sebelumnya, juga ditambah dengan kedudukan berikut: (1) memaafkan; (2) kalbunya bersih dari keinginan balas dendam; (3) berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya; (4) berusaha untuk menghadapi pelbagai aspek yang menjadi sebab timbulnya musibah dan menghilangkannya, di samping berusaha maksimal untuk bangkit dari keterpurukan dan kegagalan. Terkait dengan hal itu, pantas saja para psikolog berkata: ”Keluh kesah (gundah) itu karib dan saudaranya sikap lemah (loyo), sedangkan sabar itu saudara kandung dan sahabat terdekatnya kecerdasan dan akal.”<br />
<br />
* *<br />
<br />
SESUNGGUHNYA kalau kita mau jujur, kedudukan “berusaha” dalam menghadapi segala kejadian dalam hidup manusia (terjadi penyakit, musibah, dll.) merupakan sikap yang harus tertanam dalam tindakan hidup seorang muslim. Sebab, makom “berusaha” inilah yang menghimpun semua makom atau posisi-posisi sebelumnya serta berlaku dan berguna untuk semuanya, bahkan semua posisi itu ditentukan oleh adanya usaha.<br />
<br />
Pada tataran berusaha inilah, manusia harus dibekali dengan “perahu kesabaran”. Kata sabar itu sendiri berasal dari bahasa Arab shabara. Huruf yang membentuknya, yaitu shad, ba’, dan ra’. Adapun makna asalnya berarti berusaha menahan diri dan melatihnya. Dalam hal ini, Ibn Al Qayyim menyatakan: “Dalam kata sabar itu dikandung tiga makna, yaitu menahan, tegar, dan menggabungkan.”<br />
<br />
Dengan demikian, sabar bagi manusia bukan berarti pasrah. Sabar adalah kegigihan kita untuk tetap berpegang teguh kepada ketetapan Allah. Kata lainnya, kesabaran itu merupakan proses aktif, gabungan antara ridha dan ikhtiar. Jadi, kesabaran bukan proses diam dan pasif, melainkan proses aktif baik akal, tubuh dan iman dalam hati manusia. Justru, dari musibah yang disikapi dengan sabarlah akan lahir rahmat dan tuntunan dari Allah.<br />
<br />
Lebih jauh lagi diungkapkan dalam kamus bahasa Arab, makna kesabaran itu ada tiga. (1) Sabar adalah al man’u wa al habsu, mencegah dan menahan. Yakni mencegah jiwa supaya tidak gundah, dan menahan lidah supaya tidak suka mengadu. (2) Sabar berarti tegar dan kuat. Shubru, di mana kata shad-nya didammahkan, berarti tanah yang sangat tegar dan subur. Obat yang dikenal sangat pahit disebut shabir, sedangkan pohonnya adalah shabar. Seorang penyair pernah mengatakan: “Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya tetapi akibatnya lebih manis dari madu.”<br />
<br />
(3) Ash-shabr, juga berarti al jam’u wa al dhamm. Artinya menghimpun dan menggabungkan. Arti lainnya, orang yang bersabar adalah orang yang mampu untuk menghimpun potensi dirinya, sehingga tidak gampang sedih dan keluh kesah.<br />
<br />
Secara demikian, betapa pentingnya kesabaran dalam hidup manusia. Adapun langkah strategis yang akan membantu kesabaran itu, kata Ibn Al Qayyim, tiang penyangganya adalah ilmu dan amal. Ilmu adalah pengenal terhadap segala akibat dari berbagai hal bila dilakukan dan menimbang kelebihannya bila ditinggalkan. Sedangkan amal adalah keinginan kuat atau ambisi yang benar dan semangat yang tinggi.<br />
<br />
Terkait dengan kesabaran tersebut, almarhum Prof. KH. Anwar Musaddad, pernah menulis bahwa wilayah sabar itu ada empat, yaitu (1) dalam taat –lakukanlah--; (2) dalam maksiat –jauhilah--; (3) menghadapi musibah –tahanlah dirimu dan terimalah itu sebagai ujian dari Allah--; dan (4) sabar dalam berjihad.<br />
<br />
Akhirnya, harus kita tanamkan bahwa “perahu kesabaran” itu bukanlah suatu kehinaan dan bukan pula ridha dengan kezaliman. Justru, sesungguhnya kesabaran itu merupakan suatu potensi yang memberikan dorongan kuat untuk mengembalikan kebenaran dan melakukan usaha untuk mendapatkan kemuliaan dan derajat yang tinggi. Mudah-mudahan kita semua dikaruniai nikmatnya bersabar. Amin. Wallahu a’lam.***</span><br />
<span style="color: #330099;"><br />
</span><i>Penulis Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.<br />
</i><br />
<a href="http://www.miqra.blogspot.com/">http://www.miqra.blogspot.com</a></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-23066409241864665692007-04-15T03:06:00.002+07:002012-05-22T14:35:16.616+07:00Sikap Manusia Dalam Mementaskan Hidup<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><span style="color: #993300;">Oleh ARDA DINATA</span><br />
</b><br />
<b><span style="color: #993300;"><br />
</span></b><br />
<span style="color: #3333ff;"><i>Biarkan hari-hari bertingkah semaunya. Buatlah diri ini rela ketika ketentuan-Nya bicara. Dan jangan gelisah dengan kisah malam. Tidak ada kisah dunia ini yang abadi. (Imam Syafi’i).<br />
<br />
</i>UNGKAPAN imam syafi’i tersebut, paling tidak merupakan obat penghilang kegelisahan hari-hari yang kita jalani. Memang, dunia ini bukan milik kita. Dunia ini milik Allah semata-mata. Dia yang berkehendak lagi punya ketetapan. Sehingga siapa pun orangnya tidak berhak “bertanya” mengapa Allah memutuskan ini dan itu terhadap kita. Namun, yang jelas justru kitalah yang kelak akan ditanya.</span><br />
<a name='more'></a><span style="color: #3333ff;"><br />
<br />
Untuk itu, dalam mementaskan hidup, kita hanya berusaha untuk menyambungkan ikhtiar demi ikhtiar. Membentangkan rangkaian usaha maksimal kita. Di sini, perlu digaris bawahi bahwa pada ujung usaha dan puncak ikhtiar itu tidak lantas mesti langsung berhubungan dengan keberhasilan yang diusahakan.<br />
<br />
Artinya, apa pun kehendak Allah bagi seorang mukmin selalu baik. Apa pun wujud kehendak itu, baik yang menyenangkan (tentu baik untuk kita). Tapi, tidak sebatas itu, kehendak-Nya yang terlihat tidak menguntungkan pun ternyata ada kebaikan yang Allah “paksakan” bagi diri kita. Sebab, bukankah hanya Dia yang mengetahui sesuatu yang terbaik buat kita?<br />
<br />
Pokoknya, hidup adalah pilihan. Keberadaan nilai hidup itu sendiri sesungguhnya yang mengantarkan pilihan menjadi tidak sesederhana yang kita bayangkan. Permasalahannya ada pada bagaimana kita memandang dan menilai hidup itu. Bila hidup itu dipandang sebagai fase satu-satunya yang sementara bagi manusia sebelum memasuki dunia akhirat, maka otomatis pilihan apapun dalam hidup ini menjadi penting dan menentukan.<br />
<br />
Untuk itu, agar kita tidak salah memilih dalam mementaskan hidup, berikut ini ada tujuh langkah yang dapat kita lakukan. Pertama, pelihara lintasan pikiran untuk tetap mengarah pada kebaikan. Lintasan pikiran adalah tangga pertama yang akan mengantarkan seseorang pada niat dan sikap. Dalam tahap ini semua orang akan mengalaminya (lintasan pikiran baik maupun yang buruk). Jika hanya sebatas lintasan berbuat buruk, itu wajar dan manusiawi. Allah SWT juga tidak mencatat hal itu sebagai suatu dosa. Namun bila kurang waspada, lintasan hati itu kerap berkembang menuju tahapan dialog batin (baca: dialog antara keinginan melakukan kebaikan atau keburukan). Terjadilah benturan antara bisikan setan untuk melakukan keburukan dengan bisikan malaikat dan akal sehat untuk tidak melakukan keburukan. Bila dalam benturan ini, nafsu keburukan dan bisikan setan yang menang, maka muncullah niat.<br />
<br />
Kedua, pertimbangan suatu pilihan dengan ilmu. Menentukan suatu pilihan pasti dengan timbangan informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Informasi yang keliru atau minimnya pengetahuan akan membawa kita pada pilihan yang salah. Setidaknya, kita harus mengetahui kategori kesalahan yang termasuk dosa besar dan dosa kecil.<br />
<br />
Ibnu Quddamah dalam Minhajul Qashidin mengutip uraian tentang dosa besar yang disebutkan oleh Abu Thalib Al Makky. Katanya, “Dosa-dosa besar itu ada tujuh belas. Saya menghimpunnya dari sejumlah atsar. Empat macam ada di dalam hati, yaitu: syirik, terus-menerus melakukan kedurhakaan, putus asa dari rahmat Allah dan merasa aman dari tipu daya Allah. Empat macam ada di lidah, yaitu: kesaksian palsu, menuduh wanita yang baik-baik, minum khamar, makan harta anak yatim dengan zalim dan memakan riba. Dua macam ada di kemaluan yaitu zina dan seks dengan sejenis. Dua macam ada di tangan yaitu membunuh dan mencuri. Satu macam ada di kaki yaitu melarikan diri saat pertempuran. Satu macam ada di seluruh badan yaitu durhaka pada orangtua.”<br />
<br />
Ketiga, berdoa memohon petunjuk Allah. Permohonan petunjuk Allah saat kita memilih, adalah bukti dan cermin suasana iman yang sangat mempercayainya, membutuhkan, dan mengakui keagungan dan kuasa Allah dalam segala hal. Manusia sering keliru menentukan pilihan yang menurutnya baik. Ternyata di kemudian hari pilihan itu justru menjadi awal bencana baginya. Kita kadang menilai negatif, antipati, menolak sesuatu berdasarkan logika, pikiran yang terbatas. Tapi, ternyata hal itu justru mendatangkan manfaat yang sangat luar biasa untuk Allah. Allah berfirman, “Bisa jadi engkau membenci sesuatu padahal sesuatu yang engkau benci itu baik bagimu. Bisa jadi engkau menyukai sesuatu padahal sesuatu yang engkau sukai itu tidak baik bagimu.”<br />
<br />
Keempat, tumbuh dan pelihara perasaan takut pada Allah SWT. Rasa aman akan azab dari Allah juga dapat menyebabkan seseorang lalai dengan dosa, memudah-mudahkan kesalahan dan menunda-nunda pekerjaan baik, hingga akhirnya tenggelam dalam kemaksiatan. Allah SWT berfirman, “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan seksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 97-99).<br />
<br />
Kelima, sadari bahwa hidup ini hanya sementara. Pilihan dalam hidup sangat dipengaruhi bagaimana kita memandang hidup. Panjang angan-angan, menumpuk mimpi, terlalu berobsesi pada kehidupan dunia, akan membawa orang lupa bahwa hidup ini sementara. Kondisi inilah yang akan menjadikan orang tidak mampu memandang secara benar dalam memilih.<br />
<br />
Keenam, tanamkan kekhawatiran su’ul khatimah. Takut dan khawatir itu bermacam-macam. Ada orang yang dalam hatinya dominan rasa takut terhadap kematian sebelum bertaubat. Ada orang yang merasa lebih takut condong pada kenikmatan dan beralih dari sikap istiqomah. Ada yang takut terhadap akhir hidup yang buruk. Yang paling tinggi adalah yang terakhir. Di antara orang yang takut adalah orang yang takut sakratul maut dan kepedihannya atau pertanyaan malaikat mungkar dan nakir. Takut meniti shirat, takut neraka dan kobarannya, takut tidak bisa masuk surga.<br />
<br />
Ketujuh, renungi pilihan-pilihan yang lalu. Bukan untuk sekedar merenung, menyesal dan kemudian melemparkan kesalahan pada nasib. Bukan juga untuk mengatakan, kenapa tidak begini, kenapa begitu. Perenungan yang kemudian membuka celah kata-kata jika begini, seandainya begitu, sama dengan membuka celah setan untuk menyesali hidup, merasa sangat bersalah dan bersikap putus asa. Sikap seperti itu tidak ada gunanya dan dilarang. Rasulullah dalam sebuah hadis mengingatkan bahwa perkataan “jika dan seandainya” itu adalah pintu bagi setan untuk mengganggu manusia.<br />
<br />
Akhirnya, semoga langkah-langkah penting tersebut dapat dilakukan dengan benar sehingga kita dapat mengarungi hidup yang penuh kegelapan ini. Dan pastikanlah usaha maupun sikap kita selaku manusia dalam mementaskan hidup ini diberi kesempatan untuk menjadi yang lebih baik oleh Allah SWT. Amin. Wallahu a’lam.***<br />
</span><br />
<span style="color: #3333ff;"><br />
</span><br />
<span style="color: #3333ff;"><i>Penulis Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.</i><br />
</span><br />
<a href="http://www.miqra.blogspot.com/">http://www.miqra.blogspot.com/</a></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-1161337275710021922006-10-20T16:38:00.002+07:002012-05-22T14:34:48.887+07:00Jangan Kikir Ilmu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="http://photos1.blogger.com/blogger/6317/3963/1600/Foto%20Arda%20Dinata.1.jpg"><img alt="" border="0" src="http://photos1.blogger.com/blogger/6317/3963/320/Foto%20Arda%20Dinata.1.jpg" style="cursor: hand; float: left; margin: 0px 10px 10px 0px;" /></a><br />
<span style="color: red;"></span><br />
<div align="center"><i><span style="color: #3333ff;">“Barangsiapa ditanya tentang sesuatu ilmu kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya) kelak di hari kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka.”<br />
(HR. Ahmad)</span></i></div><div align="justify"><br />
<br />
<span style="color: #006600;">Hadist di atas, sudah seharusnya menyadarkan kita, lebih-lebih orang berilmu untuk tidak kikir terhadap ilmu yang dimilikinya.<br />
<br />
Ada tiga perkara yang akan menolong manusia di akhirat kelak, yaitu: amal jariah, ilmu yang diamalkan dan anak yang saleh.<br />
<br />
Untuk itu, meyebarkan ilmu adalah perintah Allah, agar manusia tidak berada dalam kebodohan dan kegelapan. Dengan berbagi ilmu, maka diharapkan masyarakat menjadi cerdas dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Anda siap berbagi ilmu dengan pembaca e-MIQRA Indonesia, maka segera kirim ilmu-ilmu saudara ke redaksi. Kita tunggu lho…..!!!!***<br />
</span><br />
<span style="color: #006600;"><br />
</span><br />
<i><span style="color: red;">Arda Dinata, adalah praktisi kesehatan, pengusaha inspirasi, pembicara, trainer, dan motivator di Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia. Arda dapat dihubungi melalui email: </span></i><a href="mailto:reusenews@yahoo.com"><i><span style="color: red;">reusenews@yahoo.com</span></i></a><i><span style="color: red;">. Hp. 081.320.476048. </span></i></div></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36054083.post-1161337024716599932006-10-20T16:34:00.001+07:002012-05-22T14:28:35.830+07:00Menjadi Mandiri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="http://photos1.blogger.com/blogger/6317/3963/1600/Foto%20Arda%20Dinata.2.jpg"><img alt="" border="0" src="http://photos1.blogger.com/blogger/6317/3963/320/Foto%20Arda%20Dinata.2.jpg" style="cursor: hand; float: left; margin: 0px 10px 10px 0px;" /></a><br />
<div align="center"><span style="color: #3333ff;">“Semangat kemadirian merupakan akar dari semua pendewasaan sejati dalam diri setiap orang dan terlihat pada sebagian besar kehidupan manusia, hal itu merupakan inti sumber kemampuan dan kekuatan negara. Bantuan dari luar sering kali malah mengakibatkan kelemahan, namun bantuan dari dalam selalu memperkuat.”<br />
(Samuel Smiles)<br />
</span><br />
<br />
<i><span style="color: red;">Arda Dinata, adalah praktisi kesehatan, pengusaha inspirasi, pembicara, trainer, dan motivator di Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia. Arda dapat dihubungi melalui email: </span></i><a href="mailto:reusenews@yahoo.com"><i><span style="color: red;">reusenews@yahoo.com</span></i></a><i><span style="color: red;">. Hp. 081.320.476048.</span></i><br />
<a name='more'></a><i><span style="color: red;"> </span></i></div></div>Arda Dinatahttp://www.blogger.com/profile/11822452084513947586noreply@blogger.com0